Demi Kopi

Kedekatan Sosial Budaya Modal Kuat Diplomasi Ekonomi Kawasan MENA

  • Share
Forum Debriefing Kepala Perwakilan Republik Indonesia “Diplomasi Ekonomi di Kawasan MENA”
banner 468x60

Kedekatan jaringan sosial budaya dan hubungan politik Indonesia – Arab Saudi sejak awal pembentukan negara-bangsa Indonesia serta peningkatan hubungan baik antara Indonesia – Bahrain sejak 2010 merupakan modalitas kuat bagi upaya peningkatan diplomasi ekonomi Indonesia di Kawasan Middle East and North Africa (MENA). Demikian salah satu catatan penting dalam Forum Debriefing Kepala Perwakilan Republik Indonesia Indonesia dengan tema “Diplomasi Ekonomi di Kawasan MENA”, Selasa, 31 Mei 2022 yang diselenggarakan atas Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN), Kementerian Luar Negeri dengan Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD), Universitas Paramadina.

Dalam sambutan pembuka, Dr. Yayan Ganda Hayat Mulyana selaku Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa forum debriefing merupakan salah satu platform pertanggungjawaban publik bagi pencapaian kinerja para Duta Besar setelah purna kerja sebagai upaya peningkatan kualitas kebijakan luar negeri. Forum debriefing ini menghadirkan Dubes Agus Maftuh Abegebriel, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi merangkap OKI periode 2016-2021 dan Dubes Nur Syahrir Rahardjo, Duta Besar RI untuk Kerajaan Bahrain periode 2017-2021 dengan moderator Dede Achmad Rifai, Fungsional Diplomat Madya Pusat SKK Aspasaf Kementerian Luar Negeri.

banner 336x280

“Kawasan MENA selama tidak termasuk dalam kategori pasar tradisional Indonesia bagi hubungan ekonomi internasional, namun dengan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia dan pergeseran geopolitik dunia, upaya perluasan pasar dan identifikasi potensi pasar non-tradisional termasuk kawasan MENA menjadi penting dan strategis” ujar Prof. Didik Junaidi Rachbini, M.Sc., PhD dalam sambutan pembuka. “Diperlukan upaya bagi Kementerian Luar Negeri untuk lebih mengoptimalisasi dan mensinergikan kinerja para aktor yang berkepentingan dan berwenang dalam menguatkan praktik diplomasi ekonomi Indonesia di kawasan MENA, seperti kasus ekspor Ban Indonesia ke Mesir”, lanjutnya.

“Dengan mempertimbangkan modalitas dan energi (bekal dan insight), saya memperkenalkan konsep diplomasi SAUNESI (Saudi Indonesia) dan mengali rujukan referensi dari kitab kuning tentang makna sebuah diplomasi yang “Sukses, Gagal, dan Mayat” sebagai sebuah “Fiqih Diplomasi”, ujar Dubes Agus Maftuh dalam paparannya.  Hasilnya, Dubes Agus diantaranya berhasil memfasilitasi kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud pada tahun 2017 sejak kunjungan terakhir Raja Arab Saudi di tahun 1970, pembentukan Dewan Koordinasi Indonesia – Arab Saudi, dan sekitar 20 MoU bilateral Indonesia – Arab Saudi pada periode 2106-2021. Adapun ruang lingkup diplomasi SAUNESIA meliputi politik, sosial budaya dan Peradaban, haji, ekonomi, dan Humanitarian Diplomacy.

“Perlindungan Warga Negeri Indonesia (WNI) di Bahrain terhadap ancaman kejahatan khususnya dari para imigran asal Bangladesh mendapat perhatian dan upaya penanganan khsusus dari KBRI di Manama, Bahrain’, tegas Dubes Nur Syahrir.  Sejak peresmian KBRI di Manama pada 9 Desember 2010, hubungan bilateral Indonesia – Bahrain meningkat dan menyimpan potensi bagi peningkatan volume diplomasi ekonomi khususnya sektor pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19 sejak 2020.

“Perluasan pasar dan pembukaan potensi pasar baru selain produk minyak dan gas (non-oil and gas) melalui strategi diversifikasi ekonomi di kawasan MENA menjadi penting dan strategis bagi Indonesia dalam menyikapi dinamika pertarungan politik ekonomi internasional dan kompetisis “perang dagang”, tegas Ahmad Khairul Umam, Ph.D., Managing Director Paramadina Public Policy selaku pembahas dalam forum ini. “Peran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) harus ditingkatkan sebagai pelaku diplomasi ekonomi termasuk memastikan sinergi lintas sektoral dalam struktur diplomasi ekonomi Indonesia yang menjamin kepentingan nasional bukan kepentingan segelintir individual atau kelompok ekonomi tertentu”, tambah Umam.

“Kinerja diplomasi ekonomi harus didukung oleh sinergi dan kolaborasi pihak berkepentingan dan berwenang, bukan sekedar peran tunggal dan sentris dari Kementerian Luar Negeri’, catat Dr. phil. Shiskha Prabawaningtyas, Director Paramadina Graduate School of Diplomacy yang juga berlaku sebagai pembahas dalam forum ini. Shiskha menekankan pentingnya pendekatan lokalitas dalam membangun dan memilih strategi diplomasi bilateral antara negara dari negara akreditasi. Pemahaman tentang peradaban lokal khususnya aspek sosial budaya menjadi modalitas strategis dalam mengekslporasi peluang dan potensi pasar bagi diplomasi ekonomi. Praktik diplomasi ekonomi sebagai pelaksanaan kebijakan luar energi membutuhkan dukungan praktik diplomasi total seluruh aktor terkait dan menuntut adanya akuntabilitas publik.

Sebagai sambutan penutup, Kepala Pusat SKK Aspasaf Kementerian Luar Negeri, Muhammad Takdir menekankan pentingnya strategi diversifikasi pasar dalam upaya perluasan dan pembukaan potensi pasar baru pada pasar kawasan non-tradisional seperti MENA.

banner 336x280
banner 120x600
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *